A collection of notes and letters for ourselves and each other–our current and younger selves.

🏡 Up/Rooted

<aside> ⚠️ Content Warning: Up/Rooted contains depictions of fatphobia, mental illness, reference to homophobic parents, self-harm or suicide attempts, and sexual violence that may be triggering for some listeners. We do our best to hold these topics with intention and sincerity. It is important to prioritize your mental health and well-being while listening to this audio. If you feel uncomfortable or overwhelmed, please take a break and seek support from a trusted friend, family member, or mental health professional.

</aside>

https://on.soundcloud.com/CGVRc

This is a work in progress by Ana Jonessy, Connor and s.k.

Notes & Credit


Kadang saya rasa kelahiran saya ni satu sumpahan. Kenapa semua benda yang saya buat salah and tidak pernah cukup di mata kamu? Saya post di Facebook pasal perasaan saya sebab kamu tidak pernah bagi ruang untuk share apa yang saya rasa. Saya ingat kamu akan tanya kenapa, tapi kamu balas dengan libasan hanger. Just ask me why lah, why is it so hard to ask and listen. Selalu rasa bercakap dengan kamu cuma satu hala. Kau kau kau kau kau kau kau, kamu saja yang bercakap. I don't even know if we ever had what defined as communication.

My relationship with my mother was like a river that had run dry. The banks were once lush and green, full of life and promise, but now they were parched and cracked, devoid of any sustenance.

She never understood me, and I never understood her; we navigated the relentless and unyielding rapids of our interactions with the shrillness of two car alarms going off simultaneously, each screech causing more friction and tension than the last. Our words were sharp as jagged rocks that could cut at any moment, grating against each other like nails on a chalkboard…

but still, I longed for her embrace.

Dari kepulauan N, aku tulis tentang bagaimana aku berjaya ke 2 malam sebelumnya, ke bilikku, melihat aku sebagai sebatang pen, berbaring di atas sticky notes.

Setelah pagi, hari ini badanku gundah yang amat, kerana sekelilingku sangat selesa. Meja-meja, bangku kerusi seolah-olah membuka seluas tangan, dan ingin aku mendakapnya. Ini tempat untuk hidup, katanya.

Aku bangun dan terus ke kamar mandi. Air yang mengalir tadi, yang hanyalah air, kini seorang perempuan; kura tangannya menyapu belakangku dengan cinta, leherku disejukkan dengan tiupan. Dia kata tidak apa kalau menangis hari ini. Dan dia janji dia tidak akan cuba menjadi air mata seperti hujan dalam puisi-puisi. Dan ini, tempat untuk hidup, katanya.

Perlukah aku belari ke hutan, menyanyiku, kemudian ke pantai, teriakku, yang punya ribu maksud untuk hidup padahal aku cuma punya satu?